Scroll untuk baca artikel
SOROTAN

Dibangun Rp6 Miliar, Kini Sisa Pancang Beton Jadi Polemik, Kenapa Dibiarkan?

×

Dibangun Rp6 Miliar, Kini Sisa Pancang Beton Jadi Polemik, Kenapa Dibiarkan?

Sebarkan artikel ini
dok. Istimewa
dok. Istimewa

KSNews — Dibangun pada 2010 dengan anggaran lebih dari Rp6 miliar oleh Pemprov DKI Jakarta, bangunan Pusat Jajanan Serba Ada (Pujasera) di pesisir Pulau Untung Jawa. Kepulauan Seribu Selatan hanya berdiri sebentar dan tidak pernah difungsikan secara maksimal.

Sempat dilakukan perbaikan pada 2015, namun bangunan akhirnya dibongkar . Hingga kini, struktur pancang betonnya masih berdiri kokoh di tepi pantai, seperti penanda dari proyek yang tak pernah tuntas.

Deretan pancang ini menjorok langsung ke laut dan terletak di bagian muka pulau, berdampingan dengan proyek Taman Penisi, ruang publik baru yang sedang dibangun oleh Pemkab Kepulauan Seribu. Keberadaannya kini dinilai mengganggu estetika pesisir dan menyimpan banyak tanda tanya.

Tokoh pemuda setempat, Saiman, mengusulkan agar pancang beton itu tidak dibongkar, melainkan dimanfaatkan ulang sebagai pondasi untuk sarana olahraga, seperti lapangan futsal atau bulutangkis.

“Sayang kalau dibuang. Beton itu kuat. Daripada dibiarkan tidak terpakai, kenapa tidak dimanfaatkan untuk ruang aktivitas warga?” ujarnya kepada KSNews, Rabu (18/06/2025).

Namun, Lurah Pulau Untung Jawa, Sidartawan, menyatakan bahwa pihak kelurahan telah mengajukan permohonan pembongkaran ke Pemkab. Rencananya, area bekas Pujasera itu akan dijadikan lokasi pemandian anak-anak dan zona transplantasi terumbu karang, bagian dari pendekatan penataan ekologis kawasan pesisir.

“Kami realistis soal anggaran dan mekanisme. Bangun sarana olahraga bukan proses singkat, belum lagi posisinya yang bisa menutupi pandangan laut dari taman dan kantor kelurahan,” jelasnya.

Dari sisi olahraga, Ketua KONI Kepulauan Seribu, Ayub Chalik, menilai bahwa struktur beton bisa saja dimanfaatkan, namun lokasi pesisir terbuka kurang ideal untuk olahraga tertentu.

“Bulutangkis, misalnya, sangat terganggu dengan angin laut. Tapi kalau ada lokasi alternatif, KONI siap memfasilitasi,” ujarnya.

Kini, polemik ini bukan hanya soal beton di pesisir, tapi menjadi simbol dari pertanyaan lebih besar: bagaimana publik mempertanggungjawabkan proyek bernilai miliaran rupiah yang berujung tanpa manfaat nyata?

KSNews akan terus memantau arah kebijakan ke depan: apakah tiang pancang ini akan dibongkar begitu saja, atau justru menjadi titik balik untuk menata ulang ruang publik yang fungsional dan berakar dari aspirasi warga.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *