Scroll untuk baca artikel
ASPIRASI

Nelayan Semaput Akibat Harga Solar Tembus Rp12 Ribu per Liter, KPKP Kepulauan Seribu Asik Tanam Kangkung

×

Nelayan Semaput Akibat Harga Solar Tembus Rp12 Ribu per Liter, KPKP Kepulauan Seribu Asik Tanam Kangkung

Sebarkan artikel ini
Ilustrasi. dok. Istimewa
Ilustrasi. dok. Istimewa

KSNews – Nelayan di Pulau Kelapa sedang menghadapi krisis akibat kelangkaan bahan bakar minyak jenis solar yang menjadi kebutuhan utama untuk beroperasi. Dalam sepekan terakhir, harga solar melonjak hingga Rp12 ribu per liter, hampir dua kali lipat dari harga nasional.

Menurut Mayuni, seorang pengusaha lokal pengepul ikan yang biasa disebut Pelele, kondisi ini semakin memperburuk ekonomi nelayan kecil.

“Solar langka, kalaupun ada harganya sangat tinggi. Nelayan kesulitan beroperasi, padahal mereka bergantung pada laut untuk mencari nafkah,” ujar Mayuni, Jumat (6/6/2025).

Tidak hanya soal harga yang tinggi, kelangkaan solar di wilayah Kelurahan Pulau Kelapa membuat nelayan kesulitan mendapatkan pasokan bahan bakar. Kondisi ini menyebabkan banyak nelayan terpaksa menghentikan aktivitas melaut karena keterbatasan bahan bakar.

Selain kelangkaan solar, Mayuni juga menyoroti minimnya perhatian dari Suku Dinas Kelautan, Pertanian, dan Ketahanan Pangan (KPKP) Kepulauan Seribu terhadap nasib nelayan, khususnya di Pulau Kelapa.

“Sejauh ini saya tidak pernah mendengar atau terlibat langsung dalam program bantuan atau pembinaan nelayan dari Sudin KPKP. Padahal, nelayan adalah akar ekonomi masyarakat Kepulauan Seribu,” tegasnya.

Mayuni, yang telah melakukan pembinaan terhadap 20 nelayan kecil, berharap agar KPKP lebih peduli terhadap kehidupan nelayan dan tidak hanya fokus pada program pertanian.

“Kalau nelayan tidak bisa melaut, bagaimana mereka bisa bertahan? KPKP harus turun tangan, bukan hanya sibuk menanam kangkung,” ujarnya dengan nada kecewa.

Sudin KPKP Fokus pada Green House, Bukan Nelayan

Saat dikonfirmasi, Nurliati, Kepala Sudin KPKP Kepulauan Seribu, menyatakan bahwa pihaknya saat ini tengah melaksanakan sejumlah program ketahanan pangan, termasuk pembangunan Green House di lokasi bekas Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Pulau Pramuka.

“Green House ini akan menjadi pusat pembibitan tanaman yang digunakan untuk penanaman hidroponik di wilayah kelurahan,” jelasnya.

Namun, ketika ditanya mengenai nasib nelayan yang terdampak harga solar yang melambung tinggi, Nurliati tidak bersedia menjawab dan meninggalkan sesi wawancara.

Dengan kondisi yang semakin sulit, nelayan Kepulauan Seribu berharap ada intervensi nyata dari pemerintah untuk mengatasi kelangkaan solar dan memastikan keberlanjutan mata pencaharian mereka.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *