Scroll untuk baca artikel
LIPSUS

Jakarta Illumination Island Tuai Kritik, Dinilai Buang-buang Anggaran

Avatar photo
×

Jakarta Illumination Island Tuai Kritik, Dinilai Buang-buang Anggaran

Sebarkan artikel ini
dok. Istimewa
dok. Istimewa

KSNews — Festival Jakarta Illumination Island yang digelar di Pulau Pramuka dalam rangka HUT ke-498 Kota Jakarta menuai kritik dari berbagai pihak. Acara ini diklaim sebagai bagian dari strategi ekowisata, tetapi masyarakat mempertanyakan manfaatnya bagi warga dan wisatawan.

Dengan anggaran yang diduga mencapai Rp 3,5 miliar, festival ini dianggap lebih sebagai seremonial mahal dibandingkan upaya serius membangun pariwisata berkelanjutan di Kepulauan Seribu.

Di salah satu sudut Pulau Pramuka, Muntako, seorang pensiunan, duduk di teras rumahnya sambil memperhatikan suasana festival. Sinar lampu warna-warni memang menghiasi pesisir, tetapi baginya ini tak lebih dari pesta visual tanpa manfaat konkret bagi masyarakat.

“Buat apa festival sebesar ini kalau warga tidak merasakan manfaatnya? Anggaran miliaran lebih baik dialokasikan untuk kebutuhan yang benar-benar penting,” tegasnya saat berbincang dengan redaksi KSNews, Minggu (8/6/2025).

Di sisi lain, Komut, seorang penggerak jasa wisata, sudah menaruh harapan tinggi saat mendengar festival ini akan digelar. Ia membayangkan lonjakan wisatawan yang membawa dampak ekonomi bagi pelaku usaha lokal. Namun, ekspektasinya berakhir dengan kekecewaan.

“Tidak ada peningkatan signifikan jumlah wisatawan. Mereka datang sesuai pola biasa, tidak karena festival ini. Jujur saja, kalaupun ada dampak ekonomi, itu hanya bagi penyelenggara, bukan bagi kami di sini,” ujarnya dengan nada kecewa.

Tak hanya warga, wisatawan yang hadir pun mengungkapkan hal serupa. Redana, seorang wisatawan asal Bekasi yang asli dari Papua, tak tertarik sedikit pun dengan kemeriahan festival ini.

“Saya datang ke Pulau Pramuka untuk diving bersama suami, bukan karena festival. Acara seperti ini bukan alasan utama wisatawan datang ke Kepulauan Seribu,” ucapnya santai.

Sementara itu, seorang wisatawan dari Tangerang yang membawa keluarganya mengaku tertarik setelah membaca pemberitaan tentang Jakarta Illumination Island. Namun, setibanya di lokasi, ia merasa festival ini tak sebagus yang digembor-gemborkan.

“Kami sudah mengeluarkan biaya perjalanan cukup besar karena ingin menikmati festival ini, tapi ternyata biasa saja. Pemberitaannya terlalu dilebih-lebihkan,” ujarnya.

Dengan semakin kuatnya kritik dari warga dan wisatawan, redaksi KSNews berupaya mengonfirmasi langsung kepada Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Parekraf) DKI Jakarta. Namun, hasilnya mengecewakan.

Pesan yang dikirimkan melalui WhatsApp kepada salah seorang pejabat Disparekraf hanya dibaca, tetapi tak mendapat jawaban apa pun. Minimnya respons dari pemerintah semakin menambah tanda tanya:

Apakah festival ini benar-benar memberikan dampak, atau hanya proyek seremonial yang menghabiskan anggaran besar tanpa manfaat konkret bagi masyarakat?

Masyarakat kini berharap agar Gubernur DKI Jakarta mengevaluasi efektivitas festival serupa di masa mendatang dan memastikan anggaran publik digunakan lebih transparan dan berorientasi pada pembangunan yang benar-benar bermanfaat bagi komunitas lokal.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *