KSNews — Di tengah sorotan terhadap layanan dasar di Kepulauan Seribu, persoalan lingkungan kembali mencuat. Hampir 1.987 kilogram sampah kiriman ditemukan menumpuk di area Pelabuhan Timur Pulau Lancang, Kelurahan Pulau Pari, pada Jumat (4/7). Temuan ini bertepatan dengan kunjungan kerja Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung, ke Pulau Kelapa.
Tokoh masyarakat Pulau Lancang, Abdul Syukur Saiman, menilai peristiwa ini tak bisa dianggap biasa. Menurutnya, volume sampah yang masuk dari laut mencerminkan lemahnya kontrol dan koordinasi antarsektor dalam menjaga wilayah pesisir. “Kami hanya minta ketegasan. Sampah kiriman ini bukan masalah musiman, tapi sudah bertahun-tahun terjadi,” ujarnya.
Gubernur Pramono dalam kunjungannya ke Pulau Kelapa sebelumnya menekankan pentingnya air bersih, layanan kesehatan, dan penguatan transportasi laut. Namun bagi warga Pulau Lancang, isu sampah kiriman adalah wajah nyata dari ketimpangan perhatian terhadap kebersihan laut dan ekosistem pulau.
“Saya sangat menghargai kunjungan Pak Gubernur. Tapi kalau kita bicara kepulauan, tidak cukup bicara soal layanan darurat. Lingkungan adalah nyawa kami,” tegas Abdul Syukur.
Petugas Suku Dinas Lingkungan Hidup Kepulauan Seribu telah melakukan pembersihan pada Jumat pagi, mengangkut hampir dua ton sampah berbagai jenis. Dari plastik hingga serpihan kayu, limbah kiriman ini diperkirakan datang dari arus laut yang membawa sampah dari wilayah daratan.
Pramono sendiri dalam pernyataan di Pulau Kelapa menegaskan bahwa Jakarta harus hadir hingga titik terjauh. Namun warga meminta hadirnya Jakarta juga berarti perlindungan atas wilayah laut dari ancaman ekologis yang berulang, termasuk sampah kiriman yang menghantam pantai pulau.
Abdul Syukur meminta agar Pemprov DKI mengoptimalkan satuan kerja khusus yang mengkoordinasikan upaya penanganan lintas wilayah. Ia juga mengusulkan agar edukasi pengelolaan sampah diberikan lebih luas, bukan hanya ke warga pulau, tetapi ke kawasan daratan yang jadi sumber limbah laut.
“Kami ingin solusi, bukan hanya kunjungan. Kami ingin rencana, bukan hanya foto,” tutupnya.
Masalah 1.987 kilogram sampah hari ini tak hanya menyisakan aroma laut yang tercemar, tapi juga tuntutan agar gubernur tidak sekadar hadir, tapi juga berani bertindak—agar Kepulauan Seribu tak hanya jadi destinasi, tapi juga jadi prioritas.