Scroll untuk baca artikel
LINGKUNGAN

Nelayan Keluhkan Oil Spill Cemari Pantai Pulau Kelapa, Ekosistem laut Terancam

Avatar photo
×

Nelayan Keluhkan Oil Spill Cemari Pantai Pulau Kelapa, Ekosistem laut Terancam

Sebarkan artikel ini

KSNews — Pantai Pulau Kelapa, Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, kembali tercemar limbah minyak atau biasa disebut “pek” oleh warga setempat. Tumpahan minyak hitam pekat itu terlihat menempel di sepanjang bibir pantai dan menyisakan bau menyengat.

Sejumlah nelayan pun melayangkan keluhan. Mereka khawatir pencemaran ini berdampak pada hasil tangkapan ikan, yang dalam beberapa hari terakhir mulai berkurang. Kondisi laut yang tercemar membuat ikan menjauh dan merugikan nelayan yang bergantung pada hasil tangkapan harian.

Asep Insan (53), nelayan Pulau Kelapa, mengatakan dirinya resah dengan munculnya pek di pantai. Ia meminta pemerintah segera turun tangan agar pencemaran tidak meluas ke perairan lain.

“Kalau pek begini dibiarkan, ikan-ikan kabur, jangankan buat dijual, buat makan keluarga saja susah. Kami minta ada pembersihan cepat,” ujar Asep, Minggu (21/9/2025).

Asep juga mengaku khawatir pek terbawa arus hingga ke pulau-pulau wisata di wilayah utara Kepulauan Seribu. Hal itu, menurutnya, bukan hanya merugikan nelayan, tetapi juga masyarakat yang hidup dari sektor pariwisata.

Camat Kepulauan Seribu Utara, Angga Saputra, membenarkan adanya laporan pencemaran di Pulau Kelapa. Ia menyayangkan peristiwa oil spill masih berulang dan menegaskan pentingnya penanganan serius.

“Laut dan pantai Kepulauan Seribu harus terjaga. Pencemaran ini bisa merusak ekosistem laut, mengancam biota endemik, dan pada akhirnya merugikan warga,” kata Angga.

Menurut Angga, pihak kecamatan sudah berkoordinasi dengan instansi terkait untuk segera menindaklanjuti laporan masyarakat. Langkah pembersihan akan dipercepat agar dampaknya tidak meluas.

Nelayan berharap penanganan pencemaran kali ini benar-benar dilakukan secara tuntas. “Jangan hanya dibersihkan seadanya, tapi harus ada solusi supaya kejadian begini tidak terus terulang,” tutup Asep.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *