Scroll untuk baca artikel
OPINI

Ternyata Nama Pulau Seribu Aslinya Pulau Seibu, Benarkah?

Avatar photo
×

Ternyata Nama Pulau Seribu Aslinya Pulau Seibu, Benarkah?

Sebarkan artikel ini

KSNews — Kepulauan Seribu selama ini kita kenal sebagai gugusan pulau eksotis di utara Jakarta. Namun, sebuah cerita lama yang beredar di kalangan warga pulau membuka spekulasi baru: benarkah nama Pulau Seribu dulunya adalah “Pulau Seibu”?

Asumsi ini datang dari sebuah tuturan yang diwariskan lintas generasi. Menurut H. Dahlan (78), seorang tetuah Pulau Panggang yang pernah mengabdi di Dinas Kebudayaan DKI Jakarta sebelum pensiun, nama “Pulau Seribu” diyakini mengalami pergeseran makna. “Orang tua-tua di sini dulu menyebut gugusan ini ‘Pulau Seibu’. Seibu itu artinya satu ibu. Pulau-pulau kecil ini dianggap anak dari tanah besar, yaitu Pulau Jawa,” ungkap Dahlan saat ditemui KSNews.

Dahlan menjelaskan, dulu penyebutan “Seibu” merujuk pada filosofi kekerabatan. Pulau-pulau di sini dipandang sebagai bagian yang tak terpisahkan dari Pulau Jawa sebagai pusat pemerintahan dan budaya. “Kalau sekarang disebut Pulau Seribu, itu lebih ke jumlah. Tapi sebenarnya jumlahnya nggak sampai seribu. Jadi saya lebih percaya maknanya dulu soal Seibu, satu ibu,” lanjutnya.

Sejarah resmi memang menyebutkan nama “Kepulauan Seribu” populer di masa kolonial Belanda. Catatan VOC dan peta-peta abad ke-17 menggunakan istilah “Onrust Eilanden” untuk beberapa pulau, namun istilah “Thousand Islands” mulai muncul di dokumen perdagangan abad ke-19. Dahlan meyakini, perubahan istilah itu terjadi karena kolonial mencoba mengkalkulasikan jumlah pulau, tanpa memahami makna filosofis yang hidup di tengah masyarakat lokal.

“Dulu, kalau bicara sama orang Betawi Pesisir, mereka nggak pernah bilang seribu. Mereka bilang seibu. Maknanya itu dalam. Itu soal asal, soal ibu, soal tanah yang melahirkan,” kata Dahlan sambil menyesap kopi pahitnya.

Menariknya, beberapa peneliti kebudayaan juga mengkritisi istilah “seribu”. Berdasarkan penelitian Pusat Hidrografi dan Oseanografi TNI AL (Pushidrosal), total pulau di Kepulauan Seribu hanya sekitar 110 pulau, dengan 11 berpenduduk. Jadi, angka “seribu” lebih merupakan istilah hiperbolik.

Jika benar demikian, apakah mungkin “Pulau Seibu” hanya salah dengar atau pergeseran bahasa? Dahlan meyakini, perubahan istilah terjadi karena pengaruh administrasi kolonial yang mencatat nama berdasarkan pemahaman mereka. “Kalau Belanda dengarnya ‘seibu’, mereka tulisnya ‘seribu’. Jadilah sampai sekarang begitu,” tuturnya.

Narasi ini, tentu saja, belum mendapat pembuktian akademis. Namun, asumsi ini menarik perhatian para pemerhati sejarah Betawi. Menurut Dahlan, inilah pentingnya menggali kembali memori kolektif masyarakat pulau. “Kalau mau tahu sejarah sejati, jangan cuma baca arsip kolonial. Dengar juga cerita orang tua-tua sini,” katanya.

Warga muda di Kepulauan Seribu mulai antusias dengan isu ini. Beberapa komunitas lokal bahkan mendorong penelitian etimologis terhadap nama Kepulauan Seribu. “Kalau benar ini dari Seibu, itu bisa jadi bahan branding pariwisata. Ada cerita, ada filosofi, nggak cuma angka,” ujar Syarifudin, aktivis budaya muda Pulau Kelapa.

Meski begitu, Dahlan mengingatkan agar narasi ini tidak sekadar jadi bahan sensasi. “Ini bukan soal membantah sejarah, tapi melengkapinya. Pulau-pulau ini punya jiwa, dan jiwa itu lahir dari ibu, dari Seibu,” katanya.

Spekulasi ini membuka ruang diskusi baru: apakah nama Kepulauan Seribu perlu dipahami ulang? Apakah selama ini kita hanya memakai istilah yang diwariskan kolonial, tanpa mengerti makna lokalnya?

Terlepas dari benar atau tidaknya, asumsi Dahlan menghadirkan perspektif segar: Kepulauan Seribu bukan sekadar gugusan pulau, tapi anak-anak dari satu ibu besar — Pulau Jawa. Dan mungkin, di situlah akar makna “Seibu” yang terlupakan.

Disclaimer: Artikel ini merupakan laporan asumtif berdasarkan tuturan tokoh masyarakat dan tidak dimaksudkan sebagai klaim sejarah resmi. Kajian ilmiah lanjutan diperlukan untuk memastikan kebenaran etimologi nama “Pulau Seribu.”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *