KSNews — Aduan warga kembali mencuat terkait pengelolaan Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) Tidung Ceria. Sejumlah laporan anonim yang masuk ke redaksi mengungkap bahwa petugas RPTRA jarang berada di tempat tugas, namun tetap menerima gaji penuh setiap bulan.
Lebih ironis, informasi yang ditelusuri menyebutkan bahwa petugas yang sering mangkir tersebut adalah anak menantu lurah aktif Pulau Tidung, menimbulkan dugaan kuat adanya nepotisme dalam pengelolaan fasilitas publik.
Ketika dikonfirmasi, Plt Sekretaris Kelurahan Pulau Tidung, Ari Prianto, menyebut bahwa permasalahan ini sebenarnya telah terdengar sejak tahun 2024. Namun, ia mengaku tidak tahu pasti apakah hal yang sama terjadi di tahun 2025. Ari juga mengakui bahwa sejak Januari hingga Juni, ia tidak pernah melakukan pemantauan langsung terhadap RPTRA, karena masalah tersebut berada di bawah kewenangan Seksi Kesejahteraan Rakyat (Kesra) Kelurahan Pulau Tidung.
“Saya belum melakukan pemantauan langsung sejak awal tahun ini, karena masalah RPTRA ada di Seksi Kesra Kelurahan Pulau Tidung. Namun, saya akan mencari informasi menyeluruh agar tidak terjadi simpang siur,” ujar Ari Prianto, Minggu (8/6/2025).
Sementara itu, Kepala Suku Dinas Pemberdayaan, Perlindungan Anak, dan Pengendalian Penduduk (PPAPP) Kepulauan Seribu, Simon Baginda Pardomuan, memberikan jawaban normatif. Ia merujuk pada Peraturan Gubernur (Pergub) DKI Jakarta No. 123 Tahun 2017, yang menetapkan bahwa PPAPP hanya bertanggung jawab dalam penyediaan sarana dan prasarana, sedangkan mekanisme dan pengelolaan petugas berada di bawah Kelurahan melalui Seksi Kesra.
“PPAPP hanya bertanggung jawab dalam penyediaan sarana dan prasarana RPTRA, sementara pengelolaan petugas ada di Kelurahan setempat melalui Seksi Kesra,” jelas Simon.
PPAPP pun mengakui bahwa mereka mengetahui masalah petugas RPTRA yang jarang hadir, bahkan persoalan tersebut telah dilaporkan ke Ketua TP PKK Kabupaten Kepulauan Seribu. Namun, hingga saat ini, belum ada langkah konkret yang diambil untuk menyelesaikan masalah tersebut.
RPTRA untuk Masyarakat, Bukan Ajang Nepotisme
RPTRA seharusnya menjadi ruang publik yang bermanfaat bagi masyarakat, terutama anak-anak dan keluarga yang membutuhkan fasilitas ramah anak. Tetapi, jika pengelolaannya diwarnai nepotisme, pengawasan yang lemah, serta petugas yang absen namun tetap menerima gaji utuh, maka keberadaan RPTRA hanya menjadi simbol tanpa fungsi nyata.
Masyarakat berharap agar pengawasan terhadap RPTRA diperketat, terutama dalam hal kehadiran petugas dan efektivitas program yang dijalankan. Jika benar bahwa petugas yang mangkir adalah kerabat lurah aktif, maka ini menjadi indikasi kuat adanya penyalahgunaan kekuasaan dalam pengelolaan fasilitas publik.
Pemerintah daerah, khususnya Kelurahan Pulau Tidung dan PPAPP, harus segera mengambil tindakan tegas. RPTRA harus dikelola secara profesional, transparan, dan benar-benar berpihak kepada kepentingan masyarakat, bukan menjadi ajang bagi oknum tertentu untuk menikmati jabatan tanpa tanggung jawab.
Enak jadi lurah di pulau seribu. Punya kelurahan kaya punya perusahaan sendiri..
Lurah Tidung itu urat malu nya sudah putus. Dan para pejabat kabupaten nya gak mampuh
Lurah terhebat sepanjang masa, lurah berprestasi.
Wah Sadis banget narasi dan komen2 y pda pitnah tugas dr pengelola RPTRA bukn cuma diam di t4 ngawasin anak2 main. Setau sy mereka mnjalanan 10 program pokok PKK. Yg masing2 y punya tupoksi, ada y SDM dr SKPD terkait untuk mengikuti giat pelatihan d darat kota. Dan beliau itu mantan Kader PKK pemberdayaan wanita yg aktif. Soal y bbrp kali sering ngeliat di Mitra Praja mengikuti rangkaian kgiatan PKK brsm ibu Bupati dn ibu lurah dr pulau” seribu dan pernah memenangkan lomba tingkat provinsi Rasa y tidak mngkn benar atas berita yg beredar.
Mantunya sudah benar karena mengikuti sikap Mertuanya yang jarang di tempat TUGASnya.
Mantunya tukang update di medsos. Yang suka cari pembenaran… Ckckckc
Gue setuju banget nih, petugas RPTRA di Pulau Seribu sering mangkir, padahal kita butuh fasilitas yang bagus buat anak-anak. Semoga masalah ini segera diatasi, ya!
Berkaitan dgn berita ini. Semua masyarakat pulau tidung sudah tau, bkn hanya PJLP Mantunya Lurah itu yg sering meninggalkan kewajibannya atau gak pernah ada, Lurahnya jg sama gak pernah ada di pulau tidung, katanya lurah asli pulau tapi tetap aja smaa dgn lurah2 dri luar yg gak pernah stanby di pulau.
Terima kasih atas komentar Anda. Kami akan menindaklanjuti informasi ini dan mengonfirmasi dengan pihak terkait. Transparansi dan akuntabilitas pejabat publik adalah hal penting bagi masyarakat.
Apa iya begtu..
Di pulo kelapa juga tu min.. orang titipan lurah doang…
Yek biang eh ! Sembarangan aja
Hei irawan dan Marjuk ku cari kau yah!